Jumat pekan lalu mantan nahkhoda bernama Roslan Abdul Rahman mengaku Nabi Khidir dan diadili di Negara Bagian Malaka, Malaysia. Tujuh tahun sebelumnya, ada kasus lebih heboh soal pemikir agama sesat dari negeri jiran itu. Sumber kegemparannya adalah Aliran Kerajaan Langit dipimpin Ariffin Muhammad.
Sekte sesat ini terkenal hingga ke seluruh dunia gara-gara ritual aneh menyembah teko raksasa.
BBC menulis pada 4 Mei 2005 laporan mendalam soal aliran kepercayaan ganjil di Kota Besut, Negara Bagian Trengganu, itu.
Ariffin, pemimpin kelompok ini, memulai segala kontroversi sejak pertengahan 1980-an. Dulu, pria akrab disebut Ayah Pin hanya petani biasa di Kampung Batu, Kota Besut. Namun semuanya berubah ketika suatu malam dia percaya malaikat mendatangi saat ia sedang sakit-sakitan. Lelaki kelahiran 1943 ini lantas bercerita kepada para tetangga, baru saja pulang dari surga mengikuti undangan utusan Tuhan itu.
Sejak saat itu, Ayah Pin mengumpulkan pengikut. Awalnya hanya warga di kampungnya. Lama-kelamaan, banyak warga luar kota bahkan dari luar negeri mendatangi pengajiannya. Dia juga berhasil menggaet para penganut ajaran lokal Anak Rimau di wilayah Penang.
Ayah Pin menggaet hati pengikut dengan ajaran perennial, yaitu menggabungkan ritual pelbagai agama menjadi satu. Itu sebabnya dia mengaku reinkarnasi Yesus, Buddha, Siwa, dan Nabi Muhammad sekaligus.
Dia pun menekankan pentingnya menghormati antar umat beragama. Pengikut ajarannya diajak berkunjung ke kuil, masjid, dan gereja. Ayah Pin berhasil pula membangun citra misterius. Dia hanya akan memberi khotbah pada Sabtu dan Minggu, itupun pada jam-jam tertentu. Bila dia muncul, para pengikut menangis dan mereka pun bernyanyi atau menari.
Dari sebuah aliran kepercayaan kelas kampung, komunitas Ayah Pin berkembang menjadi agama baru, beranggotakan hingga 22.800 jemaat dari seluruh dunia, termasuk warga Selandia Baru, Inggris, dan Afrika Selatan.
Pada 1995, aliran Ayah Pin menamakan diri Kerajaan Langit. Nama itu diambil karena mereka mengaku mengimani penyatuan semua agama-agama langit (samawi). Bangunan mewah di lahan seluas 24 ribu meter persegi pun dibangun (letaknya 400 kilometer utara Ibu Kota Kuala Lumpur), termasuk air mancur berbentuk teko raksasa berwarna krem.
Soal teko ini menarik, karena menjadi ciri pengikut Ayah Pin. Ketika beribadah, umat Kerajaan Langit harus mengelilingi teko itu, sebagai lambang syukur terhadap rezeki mengucur dari surga.
Untuk membangun kawasan ibadah Kerajaan Langit ini, Ayah Pin kabarnya merogoh kocek hingga 45 juta ringgit (setara Rp 134 miliar). Semua uang itu didapat dari sumbangan umat.
Dewan Syariah mulai gerah dengan tindak-tanduk Ayah Pin. Fatwa ulama menyatakan gerakan itu bidah. Namun, kelompok pemuja teko ini berhasil menghindari jerat hukum lantaran mengaku bukan umat Islam.
Kejayaan Ayah Pin berakhir pada 2005 ketika dia mengaku Tuhan. Pemerintah Malaysia tidak bisa lagi mentolerir ajaran mereka karena dianggap melanggar ayat 11 Undang-Undang Dasar Malaysia soal penghinaan agama. Tahun itu juga, warga bersama polisi menyerbu komunitas itu dan menghancurkan kompleks teko raksasa.
Ratusan pengikutnya ditahan, 85 orang bahkan dipenjara karena tetap percaya Ayah Pin Tuhan mereka. Sang pemimpin aliran teko ini aman dari sergapan polisi. Dia kabur ke Kota Narathiwat, Thailand Selatan, dan tinggal di sana sampai sekarang.