Berbagai penelitian telah memastikan hubungan yang erat antara
sleep apnea dan gangguan ereksi atau impotensi. Namun kabar baiknya, sebuah penelitian berskala kecil baru-baru ini mengindikasikan bahwa mengobati gangguan tidur menggunakanperangkat mekanik dapat memperbaiki kehidupan seks para pria penderita
sleep apnea.
Perangkat yang dimaksud adalah CPAP (
continuous positive airway pressure), sejenis alat berbentuk masker. Hasil temuan menunjukkan, sebanyak 17 dari 42 pria yang menggunakan CPAP sembuh dari gangguan disfungsi ereksi mereka. Alat ini berfungsi menjaga aliran udara tetap terjaga sepanjang malam. Dan bahkan mereka yang tidak memiliki disfungsi seksual yang menggunakan CPAP mengalami peningkatan dalam performa seksual.
Dr Steven Park, dokter spesialis THT, dari Montefiore Medical Center di New York City, mengemukakan, temuan ini sangat kuat dan memiliki implikasi yang sangat besar. "Jika Anda mendengkur dan mengalami masalah kehidupan seksual, pertimbangkan menjalani tes terkait
sleep apnea," katanya.
"Dalam praktik saya, salah satu komentar paling umum adalah bahwa mereka (pasien
sleep apnea) mengaku mengalami ereksi lagi ketika bangun di pagi hari," katanya.
National Sleep Foundation memperkirakan bahwa 18 juta orang Amerika menderita gangguan tidur
sleep apnea, namun 90 persen di antaranya mungkin tidak mengetahuinya.
Salah satu ciri paling umum sleep apnea adalah mendengkur atau ngorok dan mudah lelah di siang hari. Orang dengan
sleep apnea sering terbangun berkali-kali di malam hari - bahkan puluhan kali dalam satu jam - akibat tertutupnya saluran udara sehingga mengganggu saat bernapas.
Menurut Park, masalah disfungsi ereksi cukup umum di antara pria dengan
sleep apnea. "Mengalami beberapa kali jeda napas pada malam hari menyebabkan respons stres meningkat. Gairah dan ereksi diaktifkan oleh sistem saraf parasimpatis, yang berfungsi mengontrol pencernaan dan reproduksi, sehingga apabila seseorang mengalami stres akan mengurangi fungsi-fungsi ini," jelasnya.
Sleep apnea dan impotensi Dalam riset terbarunya, para peneliti di Walter Reed Military Medical Center di Bethesda memantau 92 pasien berusia rata-rata 46 tahun, yang mulai menggunakan mesin CPAP setelah didiagnosis dengan
obstructive sleep apnea (OSA) atau henti nafas saat tidur. Para pasien memakai masker yang terhubung ke mesin yang mengirim udara ke dalam tenggorokan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka saat tidur sepanjang malam.
Para pasien ini rata-rata mempunyai berat badan berlebih. Empat puluh enam persen diketahui mengalami disfungsi ereksi, dan 27 persen mengatakan mereka mengalami penurunan libido.
Setelah enam bulan, para peneliti menemukan bahwa fungsi seksual dan kepuasan meningkat pada partisipan yang telah menggunakan CPAP, dan masalah disfungsi ereksi menghilang 41 persen dari mereka yang punya masalah ereksi.
Joyce Walsleben, spesialis obat tidur dan profesor kedokteran di New York University School of Medicine, mengatakan, penggunaan CPAP mungkin dapat membantu meningkatkan energi dengan cara meningkatkan kualitas tidur pasien
sleep apnea.
"Mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya suplai oksigen dan produksi hormon serta neurotransmitter lainnya," kata Walsleben.
Penelitian sedianya ini akan dipresentasi pada pertemuan
Associated Professional Sleep Societies di Boston. Peneliti menegaskan bahwa temuan ini tidak membuktikan bahwa CPAP akan meningkatkan performa seseorang, atau mengatasi disfungsi seksual. Hasil penelitian hanya menunjukkan hubungan antara pengobatan
sleep apnea dan kehidupan seks yang lebih bahagia.