Ukuran tubuh yang dimiliki ternyata bisa mempengaruhi kehidupan seksualnya. Studi menunjukkan laki-laki dan perempuan yang terlalu kurus atau gemuk lebih mungkin mengalami masalah dalam kehidupan seksualnya.
Studi yang dilakukan terhadap lebih dari 5.500 orang dewasa di Denmark menemukan hubungan yang mengejutkan antara faktor gaya hidup seperti ukuran tubuh dan kesehatan seksualnya.
Bagi laki-laki, ukuran tubuh yang terlalu kurus atau justru obesitas memiliki risiko lebih besar mengalami kesulitan seksual, sedangkan pada perempuan risikonya lebih kecil, seperti diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine.
Diketahui laki-laki yang memiliki ukuran pinggang besar (lebih dari 40 inci atau 101,6 cm) memiliki peningkatan risiko kesulitan seksual sebesar 71 persen dibanding laki-laki dengan ukuran pinggang (kurang dari 37 inci atau 93,98 cm).
Sedangkan laki-laki yang terlalu kurus memiliki risiko 22 kali lipat mengalami beberapa jenis disfungsi seksual. Masalah seksual yang dimiliki seperti disfungsi ereksi, ketidakmampuan untuk orgasme, ejakulasi dini serta timbul rasa sakit saat seks.
"Apa yang ditemukan menarik karena ukuran tubuh bisa membuat orang berisiko tinggi mengalami gangguan seksual,"ujar Edward O Laumann, profesor sosiologi dan ahli seksualitas dari University of Chicago, seperti dikutip dari WebMD, Sabtu (10/12/2011).
Namun pada perempuan hubungan antara ukuran tubuh dan gangguan seksual lebih kecil dibanding laki-laki. Perempuan yang kurus berisiko 2 kali lipat mengalami gangguan seksual, sedangkan perempuan yang memiliki nilai BMI lebih dari 30 memiliki risiko kurang dari 70 persen.
Masalah seksual di kalangan perempuan yang ditemukan dalam studi ini meliputi kekeringan vagina, ketidakmampuan untuk mencapai orgasme, rasa sakit saat berhubungan seks serta vaginismus (lingkaran otot-otot yang mengelilingi vagina mengalami kejang).
"Mengurangi atau menambah berat badan hingga mendapatkan ukuran yang lebih baik bisa membantu meningkatkan kesehatan secara umum sekaligus kehidupan seksualnya," ujar peneliti studi Morten Frisch, DSC dari Staten Serum Institute di Copenhagen, Denmark.
Sumber : Detik.com
