"Peluang keberhasilan penurunan antibodi hingga 95 persen, tapi untuk peluang kehamilan tergantung kondisi tubuh masing-masing. Untuk hamil kan ada banyak faktor, kalau memang yang menyulitkan hamil karena antibodinya tinggi maka bisa segera hamil ketika antibodi spermanya diturunkan," lanjut Dr Indra yang juga praktik di Klinik Sam Marie, Kebayoran Baru Jakarta.
Sebelum ada terapi PLI, Dr Indra menyampaikan ada 2 cara yang biasanya dilakukan untuk membuat pasangan dengan antibodi sperma berlebihan bisa hamil, yaitu dengan penggunaan kondom dan obat imunosupressor.
Dengan menggunakan kondom artinya membiarkan antibodi sperma turun dengan sendirinya, dengan membatasi paparan sperma. Namun cara ini harus memakan waktu lama, sekitar 6 hingga 1 tahun. Belum lagi bila sang istri sering makan makanan yang mengandung protein pemicu alergi. Hal ini akan membuat antibodi semakin lama mengalami penurunan.
Cara lain dengan menggunakan obat imunosupressor. Sayangnya dengan menggunakan obat ini semua antibodi di dalam tubuh ikut diturunkan, tidak hanya antibodi sperma. Akibatnya, sang istri akan sering mengalami sakit, bahkan juga mempengaruhi sumsum tulang belakang yang menyebabkan lambatnya peremajaan darah, memicu osteoporosis, risiko penyakit diabetes, dan lainnya.
"Nah, belakangan saya mendapatkan bahwa dengan imunisasi darah putih suami bisa menurunkan antibodi sperma saja, antibodi yang lain tidak ikut turun. Jadi bukan supresi (ditekan) tapi toleransi. PLI membuat toleransi terhadap sperma lebih bagus," jelas Dr Indra.
Menurut Dr Indra, istri yang memiliki antibodi sperma berlebihan juga akan sulit memiliki keturunan dengan jalan bayi tabung. Karena antibodi tidak hanya akan menolak sperma, tetapi juga menolak janin hasil pembuahan dari sperma tersebut.
"Jika pun berhasil terjadi pembuahan dengan jalan bayi tabung, maka persentase sedikit untuk membuat kehamilan terus berlanjut. Akhirnya juga bisa menyebabkan keguguran berulang. Karena walaupun sudah dipaksakan terjadi pembuahan, tubuh si istri tetap resisten," jelas Dr Indra yang juga berpraktik di Klinik Budhi Jaya, Tebet.
Wanita dengan riwayat keluarga memiliki antibodi sperma berlebihan punya risiko lebih besar mengalami hal serupa. Riwayat alergi makanan atau kondisi tertentu pun juga meningkatkan risiko wanita memiliki antibodi sperma berlebihan.
Menurut Dr Indra, hingga saat ini terapi PLI hanya tersedia di Jakarta, antara lain di Klinik Imunologi & Kesehatan Reproduksi Sayyidah Pondok Kelapa, Klinik Sam Marie Kebayoran Baru dan Pondok Bambu, Klinik Budhi Jaya Tebet, RS Permata Cibubur.
Sumber :Detik.com